Category Archives: 30 Hari Nonstop Ngeblog

Setoran

Tadi pagi rencananya mau ikutan 4000 salam asean di monas. Acara ini juga untuk memecahkan rekor muri. Berdasarkan jadwalnya seharusnya acara selesai jam 10:30, tapi tadi belum juga jam 9:00 acaranya udah selesai.

Jadi jangan tanya saya seperti apa acaranya karena saya sampai acaranya udah bubar…qkqkk :mrgreen:

Namun tidak ada yang benar-benar percuma di dunia ini. Berhubung sudah terlanjur ke monas saya dan seorang teman memutuskan untuk menikmati pemandangan yang ada.

Mulai dari antrian orang orang yang ingin masuk pelataran monas, anak anak yang saling kejar kejaran sambil naik sepeda, atau para remaja yang sedang asik berduaan. Hahhaa

Ada satu hal yang cukup menarik perhatian saat kami memutuskankan untuk makan pecel. Yang menarik yaitu sepasang pembelinya, dan tentu saja Ibu si penjual pecel itu sendiri.

Awalnya saya tidak begitu menyadari kalau pasangan yang sedang menikmati hidangannya itu adalah pasangan tunanetra. Dan setelah saya perhatikan lagi, tadi pas baru sampai lingkungan monas, kami disambut oleh alunan suara merdu mereka.

Berdasarkan obrolan dengan si Ibu Penjual pecel, mereka adalah pasangan suami istri yang berasal dari Bogor.

“Sejauh itu”, kata itu langsung muncul dalam benak saya.

Tentu saja tidak ada yang salah dengan keduanya, tidak ada yang salah jika mereka ingin mencari penghasilan dan sesuap nasi untuk bisa tetap bertahan hidup.

Yang jadi perhatian saya justru si Ibu yang mendampingi keduanya, karena kalau dilihat dari usianya tidak mungkin si Ibu adalah orang tua salah satu dari mereka karena sepertinya jarak usia mereka tidak terlalu jauh.

Saya hanya khawatir jika si Ibu justru memanfaatkan keduanya untuk keuntungan dirinya sendiri. Karena fakta yang ada dilapangan memang seperti itu. Banyak orang yang memanfaatkan kekurangan orang lain untuk memperolh keuntungan secara pribadi. Itu hanya kekhawatiran semata, sebab tadi pas makan si Ibu yang mendapingi ternyata ngga pegang uang. Dan dengan baik hati keduanya mentraktir si penunjuk jalan. Dia juga sepertinya tidak punya niat jahat pada keduanya. Justru yang terlihat dia sangat perhatian.

Terlihat ketika ada noda kuah pecel yang mengenai rok pasangan perempuan, dengan teliti dia membersihkannya dengan tissu. Tidak lama kemudian merekapun berlalu, melanjutkan usaha mereka, yaitu menyanyi dengan bermodalkan radio-tape kecil.

Setelah mereka berlalu, saya coba berbincang-bincang dengan Ibu penjual pecel. Dari obrolan itu saya jadi tahu, bahwa mereka-penjual, harus nyetor sejumlah uang pada petugas disana. Untungnya jumlahnya tidak terlalu mencengangkan -menurut saya, yaitu sebesar Rp 5.000,- per hari. Uang itu, kata si Ibu, untuk biaya kebersihan dan keamanan.

Dan apakah uang setoran itu memang digunakan sebagaimana alasan tersebut atau hanya dinikmati sendiri, saya tidak tahu. Hanya saja, melihat gelagat para penjual yang ada dilingkungan monas sana, memberi setoran sebesar Rp 5000,- sepertinya tidak jadi soal bagi mereka, selama mereka masih diperbolehkan berjualan.

Rp 5.000,- untuk penjual makanan biasa, dan apakah para pedagang aksesoris dan mainan anak-anak juga membayar sama besar atau justru lebih?? Mungkin diantara ada yang mau melanjutkan investigasinya??? :mrgreen:

===
Re-post
@Salemba – September 2013

Wacana pemindahan Ibu Kota

Apanya yang aneh dengan rencana pemindahan Ibukota negara. Jika itu bis amenimbulkan damapk positif kenapa tidak? Kenapa harus dipermasalahkan dan mencari-cari alasan yang tidak masuk akal.

Saya menyetujui rencana pemindahan Ibu kota negara bukan karena saya termasuk dalam barisan SBY, owh noo..big noo..

Hanya saja, berdasarkan apa yang kita lihat, fakta yang ada di lapangan, pemindahan Ibu kota merupakan salah satu solusi bagi kemajuan negeri ini. Sebab bagaimana bisa negeri ini maju, lha wong nyetir mobil dijalan raya aja ga maju-maju saking macetnya.. 😛

Dalam hal pemindahan ini, tentunya Bapak Presiden dan Timnya pasti telah melewati berbagai pemikiran dan riset, tidak asal bicara atau tanpa perhitungan.

Dengan kondisi Jakarta sepeti saat ini, bisakah kita bayangkan, berapa tahun lagikah bisa dipertahankan?

Jakarta sudah cukup menderita menampung seseuatu yang diluar kemampuanya. Penduduk makin tahun semakin meningkat, padahal kesejahteraan yang diburu di Jakarta belum tentu didapat.

Jakarta sudah cukup menderita, menampung bangunan yang kian menjulang dan tembok-tembok raksasa. Semakin lama semakin berkurang pula lahan terbuka dan resapan air berubah fungsi menjadi yang tidak seharusnya. Akibatnya air tak punya tujuan lagi, idak ada penampungan. Jikapun ada, sungai. Tapi kenyataannya semakin bnayak penduduk yang tidak peduli dengan lingkungannya. Membuang sampah sekehendak hati, membuat aliran tersumbat dan meleber ke pemukiman penduduk.

Yang semakin membuat keadaan semakin miris adalah korban dari keadaan ini adalah masyarakat kelas bawah, masyarakat yang sengaja datang untuk mengadu nasib, namun sayangnya tidak dibarengi oleh bekal yang mumpuni, hanya modal nekat tanpa kemampuan, mau tidak mau seleksi alam menempatkan mereka sebagai masyarakat pinggiran, menempati huniah-hunian ala kadarnya dan terabaikan.

Bahkan matahari saja tak leluasa membagikan sinarnya, lalu bagaimana mungkin kesejahteraan bisa merata.

Oleh karena itu, satu-satunya solusi untuk mengurangi kesenjangan ini adalah dengan memindahakn pusat pemerintahan. Agar Jakarta tidak semakin tenggelam hingga suatu saat mungkin hanya tinggal sejarah. Sebelum itu terjadi, sudah sepatutnya pemerintah segera menyusun wacana semacam ini.

Meskipun ini tidak semudah kedengarannya, karena pastinya butuh dana yang tidak sedikit. Dan mungkin bisa menimbulkan masalah baru. Akan tetapi ini jauh lebih baik, dari pada tidak sama sekali, dari pada suatu saat kita hanya bisa menyesali kenapa kita tidak berusaha menyelamatkan Ibu kota negara.

Ini memang kedengarannya sulit, tapi ini bisa dilakukan secara bertahap, tidak harus dilakukan sekaligus. Salah satu cara mungkin dengan memilih kota yang kira-kira pembangunannya sudah lumayan maju, sehingga kita tidak harus benar-benar membangun dari awal.

===
Re-post
@Salemba – September 2013

Dekatnya Kematian

mengingat-kematian-570x300

Dalam film 5cm ada sebuah kutipan “Biarkan mimpimu menggantung dan mengambang 5cm di depan keningmu. Sehingga dia tidak akan lepas dari mata kamu…”, tentu tidak ada yang salah mengenai mimpi.

Hanya saja, ada satu hal yang ternyata begitu deakt dengan hidup ini, begitu dekat dengan kita, yaitu kematian.

Sore ini saya dikejutkan oleh kabar sedih itu, seorang adik tingkat, seorang adik yang dulu mungkin kami pernah bermain bersama. Seorang adik yang saat lebaran kemarin kami masih kumpul-kumpul bersama, dia yang kemarin menolak untuk dijadikan panitia lebaran tahun depan.

Apakah itu pertanda? Bahwa dia tidak akan bertemu lagi dengan lebaran tahun depan? So sad. 😦

Tapi begitulah kematian, dia bahkan tidak berjarak dari tubuh kita, bahkan tidak sampai 5cm. Kematian itu menempel dengan tubuh kita. Yang suatu saat, kapan saja dan dimana saja bisa pergi, tanpa minta persetujuan, ditunda apalagi berpamitan. Dia hanya akan pergi, dia nyawa kita.

Buat yang merasa kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, saya acungi jempol keren. Karena artinya kamu sudah siap.

Dan orang yang sudah siap setidaknya memiliki kepercayaan diri atas kwalitas ibadahnya.

Sedangkan saya, saya takut mati. Artinya saya belum siap, tapi bukankan kematian tidak perduli dengan kesiapan. Kalau sudah waktunya, mati ya mati saja..

Beberapa tahun yang lalu, entah sebuah pertanda atau memang saya yang terlalu takut dengan kematian, sampai sering bermimpi tentang orang meninggal, digotong, dimasukan ke dalam tanah, lalu ditutupi dan kemudian ditinggalkan. Dan orang-orang yang ada dalam mimpi itu rata-rata masih kerabat.

Pernah satu kali, saya bahkan bermimpi saya yang meninggal. Rasanya..?? menakutkan.. terkubur dan sendiri.

Terkubur dan sendiri, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya. Kadang dalam kehidupan ini, ketika kita dihadang masalah, kita cukup bersabar dan berusaha memperbaikinya, seiring berjalannya waktu, masalah itu dengan sendirinya akan menyingkir.

Tapi, kalau kita sedang bermasalah di kehidupan setelah kematian, tidak ada kata dispensasi. Semuanya harus kita hadapi. Tidak ada kata ntar atau besok, lalu selesai begitu saja. Ada begitu banyak pertanggungjawaban yang harus dilalui, dan itu harus kita lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain. Hal ini seringkali membanyang-bayangi pikiran, pertanyaan ini dan itu. Namun pada akhirnya hanya bisa pasrah, karena semuanya sudah diatur sedemikian rupa oleh yang di atas.

Satu-satunya yang bisa kita lakukan disisa usia yang mungkin tak lagi lama ini adalah belajar menjadi pribadi dan hamba yang lebih dan lebih baik dari waktu ke waktu. Sebab satu-satunya yang bisa menolong kita dialam sana adalah amal dan perbuatan kita semasa hidup di dunia.

Berlomba-lomba dalam kebaikan, sebab kematian begitu dekat dengan kita. Kita bisa mati kapan saja.

Jika kematian adalah hal yang menakutkan, setidaknya alasan takutmati bisa mendorong kita untuk menjadi lebih baik. Wallahualam..

===
Re-post
@Salemba – September 2013

The Power Of Kepepet

hurry

Kalau kita lagi kepepet padahal lagi dikejar deadline bawaannya pasti tegang, kadang ngga sempat mikir secara jernih, tak jarang hasil akhir yang diperoleh bakal berantakan.

Tapi yang pasti ketika kita sedang kepepet, kita akan mengeluarkan segala sesuatu yang masih mungkin bisa kita lakukan. Semua potensi yang ada akan kita keluarkan dengan sungguh-sungguh.

Keadaan ini sangat dekat dengan kita, contohnya kepepet ide nulis blog. Rasanya udah ngga tau mau nulis apa buat ngelanjutin tantangan yang nyisa beberapa hari doang.

Itu sih saya, oke saya.. hahha 😛

Sebenarnya – mungkin ini kedengarannya seperti pembelaan diri, tapi menjelang akhir tantangan saya hanya mau sedikit bercerita.

Bagi sebagian peserta tantangan semacam ini merupakan hal sepele, sudah biasa. Sudah sering ikut berbagai tantangan yang mungkin bahkan lebih kece dari tantangan kali ini. Intinya, bagi mereka nulis selama 30 hari nonstop itu hal biasa. Lhaa sayaaa…baru kali ini ikut event beginian, ini juga modalnya nekad doang.

Ngga muluk-muluk, target saya adalah berhasil bikin postingan setiap hari nonstop. Tidak peduli apakah itu bisa masuk headline atau semacamnya, pokoknya target saya adalah memposting minimal 1 artikel setiap hari selama 30 hari, titik.

Alhasil, saya benar-benar tidak peduli dengan headline dan tentu saja tidak pernah dapat headline :mrgreen: Sebab bagaimana mungkin bisa masuk hadline, lha wong bikin postingannya keseringan pas waktunya udah mau habis, menjelang tengah malam.

Pengen sebenarnya bikin postingan pas pagi-pagi atau siang, tapi jam segitukan masih jam kerja. Saya ngga bisa konsentrasi kalau pikirannya terbagi dua #alasan klise.. wkwkwk 😀

Jadi seharian itu masalah postingan ngga pernah jauh-jauh dari pikiran, saking banyak mikirin setor postingan sampai-sampai ngga kepikiran mau nulis tentang apa.

Tapi karena semangat menaklukkan tantangan 30 hari nonstop ngeblog sudah kadung menguasai hati, akal dan pikiran, maka tak jarang saya menulis bahkan diakhir waktu.

Tersisa kurang dari satu jam, tapi saya tidak mau gagal. Tulis, tulis ayo tulis… wushh..wusshh…wuussh… selesai bikin draft di word, langkah selanjutnya bikin postingan awal.

Nah di postingan awal ini, artikel kita tidak akan muncul, yang muncul hanya judul doang. Baru kemudian dari apa yang kita posting, kita copy-paste di media pembuatan artikel baru, publish.

Artinya saya harus melakukan 2x posting untuk 1 artikel, sedangkan waktu Cuma tinggal 15 menit, ditambah jaringan internet yang ngajak ribut.

Ngeeeekk…ngiikkk..ngiiiiikkk… hosshhh…

Akhirnya bisa posting juga. Rasanya legaaaaa…

Hal ini menurut saya tidak terlalu buruk, justru kadang agak kaget. Eeiihhh… ternyata saya bisa merangkaiminimal 350 kata dan berhasil mempostingnya ditengah-tengah sulitnya jaringan.

Dalam hal ini, kepepet telah menunjukkan kekuatannya untuk membuat kita tetap bertahan. Menulis entah apa saja yang terlintas dalam pikiran. Dan kalau kita terbiasa menulis 1 artikel dalam waktu kurang lebih dari 1 jam, bukankah itu bagus… 😀

===
Re-post
@Salemba – September 2013

Pertanyaan Biasa Efek Luar Biasa

menikah-siapkah-anda-menikah

Ada yang mulai merasa risih dengan pertanyaan klasik para orang tua? Sebuah pertanyaan yang bisa jadi, dulu mereka juga tidak menyukainya, bisa jadi dulu mereka juga merasa tertekan dengan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Tapi seiring bergantinya generasi, pertanyaan pertanyaan itu tetap saja menjadi pertanyaan terfavorit para orang tua. Pertanyaan biasa namun memiliki efek yang luar biasa.

Kapan nikah?

Pertanyaan klasik yang sukes bikin hati sebagian orang teriris-iris. Seolah olah menikah adalah perkara gampang, tinggal comot lalu oke.

Tapi jangan bersedih, sebab kita semua tahu, bahwa itu merupakan wujud kepedulian mereka. Mereka ingin kita segera berlayar pada kapal kita sendiri, agar kita juga bisa menemukan keindahan dan kebahagian kita. Terutama bagi perempuan, teguran orang tua merupakan lonceng pengingat yang ampuh, sebab perempuan punya batas, dan kita tidak tahu sampai umur berapa kita bisa menembus batas tersebut.

Menikah bukan hanya tentang ijab qabul, tapi mengenai kehidupan setelah ikrar suci tersebut dikumandangkan. Sebab ketika ada masalah didalamnya, kamu merasa seolah ada duri di kerongonganmu namun kamu tidak bisa mengeluarkannya.

Ya, seperti itulah pernikahan. Bagaimanapun berat ujian yang kemudian menghadang, kita tidak serta merta bisa membuangnya seperti membuang kotoran. Ketika ada tulang dikerongkongan, kita tidak bisa semudah itu mengeluarkannya, apabila kita paksa justru rasa sakit yang ditimbulkannya akan semkain parah. Ada langkah langkah pengobatan yang harus kita ikuti.

Demikian juga dengan pernikahan, saya kira. Kita tidak bisa serta merta mengakhiri pernikahan hanya karena ada sedikit saja onak berduri yang menghadang, sebab jika begitu betapa tidak sakralnya sebuah pernikahan, betapa tidak berartinya sebuah ijab qabul.

Untuk yang sudah ditagih setor cucu, sok atuh dicari pasangannya #tutup muka biar ga keliatan :mrgreen:

Oya, kata orang jodoh itu sudah diatur oleh Tuhan bahkan sebelum kita lahir. Siapapun dia, jauh atau dekat suatu saat pasti akan ketemu.

Pertanyaannya sekarang, apakah jodoh itu harus dicari seperti rejeki atau hanya bisa pasrah menunggu waktu seperti kematian?

Orang orang bijak pasti akan menjawab seperti ini : Jodoh itu harus dicari. Tapi bukan seperti cara yang populer di kalangan pemuda pemudi masa kini [pacaran – red]. Sebab lamanya pacaran tidak jadi jaminan bahwa keduanya akan berakhir di kursi pelaminan, tidak jadi jaminan bahwa keduanya akan hidup bahagia. Santai saja, kita tidak harus melalui tahapan pacar pacaran untuk menemukan pasangan kita, melainkan dicari dengan cara memeperbaiki diri sendiri. Maka dibelahan bumi entah dimana, pasangan yang telah ditakdirkan untuk kita juga pasti sedang mempersiapkan dirinya untuk menjadi pasangan yang baik bagi kita. Entah kapan dan siapa, suatu saat pasti ketemu, dan pertemuan yang indah tidak selalu pertemuan di dunia.

Buat yang sudah panas kupingnya, dicekokin pertanyaan sakral ini itu tentang kapan nikah yang sabar yaaaaa… 😀

==

Sejujurnya saya agak salut sama orang-orang yang masih relatif muda, yang masih belum punya apa-apa tapi berani melangkah masuk dalam kehidupan berkeluarga. Mereka tidak khawatir tentang hari esok apa dan bagaimana yang akan terjadi, mereka cukup punya satu senjata yaitu keberanian. Dan saya benar-benar salut dengan orang-orang semacam ini, tak takut pada resiko. Sebab keberanian semacam itu belum saya miliki, saya merasa belum siap dan saya tidak perlu berpura-pura sudah siap. 😛

Sisi positif dari mereka yang berani nikah diusia muda ini, mereka belum terlihat tua ketika anak-anaknya beranjak dewasa 😉

Bagaimana dengan teman-teman? Apakah ada yang sudah bosen ditanyain kapan nikah?

===
Re-post
@Salemba – September 2013

Polwan, Sosok Kartini Masa Kini

polisi-wanita

Diantara kita, mungkin semasa SD dulu banyak yang bercita-cita jadi polisi. Jadi polisi itu keren dan gagah, bisa mengabdi dan bela negara. Selain itu, adanya anggapan bahwa jadi polisi akan menaikan pamor keluarga dimata masyarakat sekitar.

Polwan di Indonesia lahir pada1 September1948, berawal dari kotaBukit TinggiSumatera Barattak kala pemerintah Indonesia menghadapi Agresi II pengungsian besar-besaran antara lain dari semenanjung Malaya yang sebagian besar kaum wanita. Mereka tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik Polisi pria.

Pemerintah Indonesia menunjuk SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukit Tinggi untuk membuka “Pendidikan Inspektur Polisi” bagi kaum wanita , setelah melalui seleksi terpilih 6 (enam) orang gadis remaja yang kesemuanya dari ranah minang antara lain;

Mariana Saanin Mufti

Nelly Pauna Situmorang

Rosmalina Pramono

Dahniar Sukotjo

Djasmainar Husein

Rosnalia Taher

Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukit Tinggi , sejak itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan. Ke enam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).

Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas Polisi prianya. Bahkan di penghujung tahu 1998, sudah lima orang Polwan dipromosikan menduduki jabatan komando (sebagai Kapolsek). Hingga tahun 1998 sudah 4 orang Polwan dinaikkan pangkatnya menjadi Perwira Tinggi berbintang satu.

Maka sejak saat itulah polisi wanita indonesia terus menunjukkan eksistensinya, hal ini karena semakin kompleksnya masalah yang terjadi dimasyarakat. Kenakalan anak-anak dan remaja, kasus perkelahian antar pelajar yang terus meningkat dan kasus kejahatan wanita yang memprihatinkan. Dewasa ini adalah tantangan amat serius Korps Polisi Wanita untuk lebih berperan dan membuktikan eksistensinya di tubuh Polri. Hingga saat ini juga sudah ada Polwan yang memegang jabatan sebagai Kapolres. [Wikipedia]

Seperti halnya penerimaan anggota baru pada satuan kepolisian pria, penerimaan anggaota baru di satuan kepolisian wanita menjalani prosedur yang tak jauh berbeda. Hanya saja, banyak hal yang riskan terjadi pada polisi wanita. Contohnya seperti kasus pelecehan yang menimpa seorang polisi wanita baru-baru ini. Pelecehan yang dilakukan oleh atasannya sendiri.

Hal ini membuat polisi wanita selain harus pandai melaksanakan tugasnya sebagai pengayom masyarakat seorang polwan juga harus pandai menjaga diri.

Untuk polwan muslim mungin bisa diminimaslisir dengan pemakain jilbab. Namun dalam kesatuan belum ada perizinan yang jelas. Seperti halnya kasus yang menimpa seorang polwan beberapa waktu yang lalu.

Namun setelah kasus ini mencuat semua pihak mencoba memecahkan masalah ini, terdengar adanya wacana memberikan izin bagi mereka yang muslim untuk menggunakan jilbab saat bertugas. Hal ini tentu saja merupakan berita baik bagi publik.

jilbab-polisi-muslimah

Dihari jadi Polisi Wanita kali ini, semoga carut-marut birokrasi yang terkait dalam kesatuan polisi khususnya polisi wanita segera dapat ditangani. Memberikan ruang berekpresi secara bebas namun tidak melupakan kodratnya sebagai wanita. Polwan merupakan sosok Kartini masa kini. Tidak hanya bertugas mengayomi masyarakat, namun polwan juga merupakan srikandi bagi keluarganya.

===
Re-post
@Salemba – September 2013

 

UNDER CONTROL

keep-calm-we-have-it-under-control

Under control punya macam – macam jenis, dan dari jenis yang bermacam macam ini pastinya akan menimbulkan permasalahan masing – masing. Jumlah penduduk yang tidak terkontrol akan menyebabkan ledakan permasalahan. Masalah tempat tinggal, masalah lapangan kerja, masalah kesehatan, intinya masalah kesenjangan kesejahteraan akan semakin meningkat.

Tidak terkontrolnya pembangunan sehingga menyebabkan tersedianya lapangan kerja yang tidak merata akibatnya akan menyebabkan membludaknya penduduk disatu titik, banyak penduduk dari luar akan berburu pekerjaan dititik tersebut. Under control, contohnya Jakarta. Kota yang amat dicintai karena menawarkan segala macam kesenangan namun dibaliknya ada begitu banyak yang tidak terkontrol.

Tapi kal ini yang ingin saya bicarakan adalah tentang emosi yang tak terkontrol. Terlalu repot kalau harus mengurusi carut – marut buah dari ketidakterkontrolnya hal-hal di atas.

Karena masyarkat terdiri dari berbagai sifat, maka penting sekali untuk bisa mengontrol emosi. Jika semua orang anggota masyarakt bisa mengontrol emosi maka banyak hal yang bisa djalankan dengan terkontrol. Contohnya saja, kalau ada salah seorang masyrakat yang kebetulan sedang bertamu ke desa tetangga, ternyata terjadi sesuatu yang tidak disenanginya, lalu terjadilah keributan, dan desa asalnya tidak rela pemuda desanya mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan maka terjadilah tawuran antar desa persis seperti yang sering kita lihat di TV.

Bagaimana mengatasi emosi yang tidak terkontrol? Yang jelas sih jangan ada pemicu yang menyebabkan emosi sampai hingga ke ubun ubun hingga menjadikan semuanya jadi tidak terkontrol.

Andai Jakmania dan Bobotoh pandai mengontrol emosinya, maka nama keduanya tidak akan sering kita lihat di layar televisi. Yang mana ,sayangnya dari berita berita yang terserak di televisi itu banyak yang mengarahkan kita pada pemikiran yang buruk, memberi cap yang tidak baik bagi kedua kubu. Nah andai mereka bisa mengontrol emosinya, mungkin tidak ada yang akan beranggapan demikian. Selesai satu permasalahan.

Andai para pejabat yang duduk di parlemen itu bisa mengontrol emosi, tentu tak perlu kita lihat dan dengar berita tentang para pejabat yang beradu tinju di sidang paripurna, tak ada gunanya adu jotos dalam sebuah sidang. Yang ada nanti malah jadi bahan tertawaan rakyatnya. Lucu sekali, Dewan rakyat yang dipilih itu bukannya membuat keputusan yang berpihak pada rakyat tapi malah adu jootos, kalau memang mereka kuat mengapa tidak ke lapangan tinju saja.

Baiklah, kata orang tidaklah baik membicarakan orang lain – dosa. Sebenarnya saya tidak ingin membicarakan orang lain, melainkan diri saya sendiri.

Akhir-akhir ini ada banyak hal yang tidak bisa saya kontrol. Ibadah yang tidak terkontrol, makan yang tidak terkontrol, termasuk tidurpun tidak terkontrol.

Puncaknya saya sampai pada emosi yang tidak terkontrol. Tidak banyak yang bisa saya katakan, tapi ketika kamu tidak bisa menjaga emosi, membiarkan emosimu meledak dan membiarkan oranglain tahu betapa sangat mengerikannya kamu ketika marah, itu sangat menyedihkan. Sebab kamu hanya bisa menyesal dan menahan tubuh yang gemetar. Hari ini saya benci dengan diri saya sendiri yang tidak bisa mengontrol emosi.

Saya punya alasan, tapi bukankah alasan hanya sebuah bentuk dari suatu pembelaan? Karena tetap saja, saya terlalu berlebihan dengan membiarkan emosi mengusai akal dan pikiran serta tindakan saya hari ini. Dan saya tahu, saya salah… Hahhhaa 😦

Ketika kita berubah menjadi lebih buruk dan perlahan meninggal diri kita yang mungkin sempat masuk zona baik, rasanya ada yang sedang menangisi kita di alam bawah sadar.Ada yang diam-diam menasehati kita agar jangan pernah keluar jalur, dia alam bawah sadar. Ketika kita salah jalur rasanya ada yang ingin membalikkan badan kita agar kembali tapi ia tak kuasa sebab ia hanyalah alam bawah sadar.

Maka jika kamu sedang sendiri, dan tiba-tiba kamu menangis, itu adalah reaksi paling alami kita agar segera kembali dan mengontrol kehidupan dengan baik, mengontrolnya ke arah yang lebih baik.

Kontrol emosi ndhuuukk….. 😦

===
Re-post
@Salemba – September 2013