Bromo I’m In Love #2 [Perdebatan]

Tulisan ini saya bumbui disana-sini agar lebih sedap ketika disantap. Tapi sepertinya terlalu banyak bumbu, maka saya masukkan dalam kategori “Fiksi” :mrgreen:

Awalnya saya tidak berniat melakukan perjalanan ini, mengingat cuaca yang sekarang tidak menentu. Dan saya faham betul apa risikonya, saya kapok bepergian dimusim hujan. Kenapa? Ya kan kalau jalan-jalan itu intinya untuk menikmati tempat yang kita kunjungi, terus kalau hujan otomatis kita nggak bisa menikmatinya secara maksimal, iya thoo.. iya aja biar perdebatan kita tidak terlalu panjang dan menyita waktu!! #Lha emang siapa yang ngajak debat? Hihhii

Saya sudah bertekad, saya memang ingin kesana tapi nanti – bulan Mei. Karena berdasarkan kabar angin yang berhembus, keindahan tempat tersebut akan maksimal dibulan Mei, tempat yang saya maksud itu Ranu Kumbolo temans, bukan Bromo. Tapi bukan berarti saya tidak berniat ke Bromo.

Berhubung saya ini kere, saya bermaksud menyambangi keduanya dalam sekali jalan, kan deketan tuh jadi bisa sekalian. Tapi takdir berkata lain.

Godaan itu bermula dari seorang teman yang tiba-tiba ngabarin kalau dia mau ke Bromo akhir bulan Januari. Whatsss…!!??? Yang benar saja, selama ini yang tergila-gila ingin kesanakan saya, kok malah dia yang udah duluan mau kesana sih. Maka dimulailah segala macam bujuk rayuan dan godaan agar dia membatalkan rencananya.

“Emang ga sadar apa, sekarang ini musim hujan. Ngapain jalan-jalan dimusim hujan? Sia-sia, tau. Mending ntar aja bulan Mei, biar kita bareng-bareng, kan lebih enak kalau ada barengannya.” Itu sih saya banget, saya yang khawatir kalau harus jalan bulan Mei tanpa teman. Yeaahh… terkadang saya bisa berbuat licik juga ternyata.

“Masalahnya aku udah terlanjur bayar DP Lhi. Aku juga udah janji sama teman-temanku waktu trip ke Pulau seribu kemarin. Kamu ikut aku aja sekarang, kan enak kalau ada temennya. Ngapain lama-lama nunggu bulan Mei, kelamaan tau.” Jawaban yang benar-benar tidak saya harapkan.

“Masalahnya kalau ikut kalian sekarang, tujuannya ngga ke Semeru. Mentok di Bromo. Kan kamu tau sendiri kalau aku juga pengen banget ke Ranu Kumbolo..”

“Yaudah kamu ikut ke Bromo dulu trus bulan Mei nanti ke Ranukumbolo, gampangkan?” tanyanya.

“Neneeeekk kamuu. Emang keliatannya aku ini kelebihan uang sampai harus bolak-balik ke lokasi yang sama – dalam waktu dekat.” Aku memotongnya sambil mendengus.

“Ya terserah sih, yang jelas aku gak bisa ngebatalin yang ini.”

“Tsssshhh…” Saya putus asa, bujuk rayuku tidak mempan.

***

Kegalauan saya terus berlanjut. Apalagi mengingat akhir bulan Januari saya resmi akan Resign. I’m free, yaaayy.. finally. hahhaa. Lalu apa kira-kira yang bisa saya lakukan selama belum mendapatkan pekerjaan baru? Lalu nanti kalau sudah dapat pekerjaan lagi otomatis tidak ada cukup waktu untuk sekedar refreshing.

Refreshing… swiiingg… swiiiiing…. Otak saya kembali pada Bromo dan teman yang sudah bulat tekadnya menuju kesana. Yahhhh….. Daripada merana mending saya ikut aja deh.

***

Tanya kenapa saya pasrah ikut jalan tanpa Ranu Kumbolo sebagai salah satu tujuan? Karena sampai bulan Maret kawasan Semeru ditutup, pendaki tidak diperbolehkan mendekati salah satu tempat tertinggi dan berbahaya di pulau jawa ini. Apalagi kalau bukan karena pergolakan cincin api di nusantara sedang memanas, ditambah cuaca yang tidak menentu.

Oke saya ikut.

***

1891113_716544491710974_2041817422_n

 

About azzuralhi

Ketika Anda tidak percaya tentang keindahan, selama itu pula Anda tidak akan pernah menemukan keindahan.

Posted on 14 Februari 2014, in Fiksi, Journey. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar