Bromo I’m In Love #3 [Ready to Go]

Tulisan ini saya bumbui disana-sini agar lebih sedap ketika disantap. Tapi sepertinya terlalu banyak bumbu, maka saya masukkan dalam kategori “Fiksi” :mrgreen:

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Setelah melakukan perdebatan sengit dengan diri sendiri, akhirnya saya putuskan untuk ikut rombongan seorang teman yang sudah sangat pasti akan melakukan perjalanan ke Bromo.

“PING!!, Woy saya ikut kalian.” Tidak lama kemudian sudah ada balasan.

“Ikut kemane cuy?” balasan yang tidak elit sama sekali.

“Ye ikut ke Bromolah, emang kemana lagi. Plisss deehhh.” Jawabku sewot.

“Lha katanyanya kemarin kagak mau, maunya bulan Mei. Gimana sih..?”.

“Lha terus emangnya kenapa kalau saya ikut sekarang, gak suka?” saya mengangkat alis, tidak mengerti kenapa dia bertanya seperti itu.

“Ahhaaha…. bukan begitu cumi. Saya senang-senang aja kalau dikau akhirnya ikut, jadi nambah rame. Yaudah ntar tak kirim itanery dan rincian biayanya.”

“Oke sip, jangan lama-lama ya cuy. Kalau lama keburu saya berubah pikiran lagi.”

“Iyeeee… cerewet amat sih.” Hehh…? Memangnya Sejak kapan saya cerewet? Tidak terima dibilang cerewet tanpa sadar keningku membentuk sudut-sudut tak beraturan. Tapi ya sudahlah, tidak penting.

***

The day

Suara nyaring ponsel menggelegar seantaro kamar kost saya yang memang Cuma sepetak, yaiyalah. Namanya kost-an pastinya Cuma sepetak. Saya bertanya-tanya kenapa tiba-tiba hari ini ponsel saya lebih cerewet dibanding hari-hari sebelumnya.

Kriiiingg….kriiingg… suara nyaring yang kesekian mengagetkan saya. Dengan wajah malas ponsel itu saya pelototin. Disitu tertulis “Packiiiiiingggg!!!”.

Euummm… owh astaga. Hari ini kami akan berangkat dan sekarang sudah jam 8 pagi, saya belum packing. Astaga…. Saya geleng-geleng kepala sendiri, lalu mengelus-elus laptop butut yang teronggok di sudut kamar. Lupa masalah packing, toh berangkatnya kan jam 2. Barang-barang yang mau dibawa sebenarnya sudah saya siapkan, tapi memang belum disusun kedalam tas. Bingung mau pakai tas yang mana, berangkatnya pake baju yang mana yang kira-kira nyaman dan bisa tahan selama 2 hari. Saya malas kalau harus diberatkan oleh bawaan-bawaan yang tidak penting. 1 pakaian untuk 2 hari, tentu saja. Perjalanan saja kami butuh waktu 18 jam, sampai disana nggak mungkin bisa langsung ganti baju, karena sebelum ke homestay kami akan menuju candi jago, lalu dari homestay kami akan ke air terjun. Menurut kalian apa yang akan terjadi kalau kita dekat-dekat dengan air? Tentu saja basah. Jadi nanti di homestay tidak usah ganti baju, ntar sekalian sepulangnya dari main air.

Tidak lama kemudian saya mulai asyik memadu kasih dengan si laptop butut. Mengaduk-aduk data yang ada di dalamnya, melihat-lihat ramuan kata yang tak kunjung menemukan jodohnya. Tidak lupa mengintip selingkuhan utama saya, yaitu blog yang nggak ada bagus-bagusnya. Isinya itu-itu saja dan tidak berkwalitas. Tapi biar bagaimanapun saya sangat mencintainya. Saya pernah berusaha melupakan dan mengabaikannya, tapi pada akhirnya saya pasti kembali padanya. Biarpun tidak ada yang berkesan tetap saja saya tidak bisa meninggalkannya. Bergaul dengannya merupakan hiburan tersendiri. Setidaknya dengan adanya dia, saya bisa menuangkan apa yang sedang saya pikirkan dan rasakan, yeahh.. tidak ada yang istimewa sebenarnya karena sejujurnya yang lebih sering saya lakukan hanya sekedar mengintip saja. Atau kalau sedang iseng, sekedar menggonti-ganti template, menambahkan widget-widget yang menurut saya menarik. kegiatan ini kadang merupakan candu bagi saya yang tidak memiliki terlalu banyak kegiatan.

Ketika sedang asik dengan si laptop, tiba-tiba suara ponsel kembali merengek-rengek minta diperhatikan. Jam menunjukkan pukul 10:35. Fiiiuuhhh… apalagi sih maunya hp jelek ini..grrrrhh.. ganguin orang aja.

“Lili, jangan lupa hari ini. Meeting point di stasiun senen jam 11:30”, begitu isi pesan tersebut. “Whaattsss?? Gila apa, masa jam segitu sih, apa ngga kecepetan!!?” jawabku tidak percaya.

“Mana saya tau, crewnya bilang begitu. Ya udah sampai ketemu ya, awas jangan sampai telat ntar ketinggalan kereta”,tutupnya.

Ketinggalan kereta moyang, kan jam berangkatnya jam 2 siang. Memangnya saya sebodoh itu apa. Lagian Salemba ke Senen tinggal ongkang kaki juga nyampe, gumamku dalam hati. Tapi bagaimanapun saya adalah orang baik, yang taat terhadap peraturan. Mungkin ada hal penting yang ingin disampaikan mereka. Sekali lagi saya melirik jam, pukul 10:45..!!

Maka… braakkk.. sraattt.. sretttt…bugghh… Suasana jadi tidak terkendali.

Saya belum packing, saya belum mandi, saya belum makan. Lengkap sudah. Acara memadu kasih dengan si Laptop akhirnya harus saya hentikan dengan paksa.

***

Stasiun Senen

Saya melangkah terburu-buru, telat saya sudah telat hampir 1 jam dari yang mereka haruskan. Hoshhh…hossshh…  tidak jauh dari tempat saya berdiri seseorang yang saya kenal sedang duduk santai bersama teman-temannya yang lain.

“Halooo.. halooo, saya datang”, sapaku. “Yang lain mana, crewnya mana?” saya bertanya sambil mengatur nafas.

“Nggak tau nih, belum pada keliatan. Tapi ketemunya emang disini kok”, diedarkannya pandangan mencari tanda-tanda keberadaan crew. Saya juga mengikuti apa yang dia lakukan. “Mungkin lagi pada sholat Jumat.” Lanjutnya.

“Whaaattsss… jadi mereka belum ada disini?? Tau gitu saya nggak usah lari-larian kayak orang kesetanan”, refleks tangan menepok jidat.

“Ya udah, istirahat aja dulu,” sarannya. Seulas senyum samar tertangkap oleh kedua mataku, menyebalkan. Harusnya saya tahu kebiasaan orang-orang kita. Jam karet.

“Hmmm..,” gumamku. “Nitip tas bentar ya, mau beli minum dulu. Haus parah.” kuletakkan tas kemudian berlalu dari hadapan mereka.

***

Sekembalinya dari membeli minuman, seseorang memanggil kami untuk berkumpul lalu memberikan beberapa arahan ringan. “Baik, saya rasa teman-teman semua sudah mengerti dengan peraturan-peraturannya. Dan untuk memperlancar perjalanan kali ini, ada baiknya kita berdoa bersama terlebih dahulu. Semoga perjalanan kita dilancarkan tanpa kekurangan suatu apapun. Berdoa mulai.” Hening, setiap peserta sibuk dengan doanya masing-masing. “Selesai. Selanjutnya tolong sediakan tiketnya masing-masing dan tolong disiapkan juga KTPnya karena kereta kita akan segera tiba.” Tidak lama kemudian kami sudah berjejer di peron kedatangan, menanti sang Matarmaja yang akan mengantarkan kami pada keindahan semesta.

“Bromo, nantikan kami.” Bisikku dalam hati, tanpa sadar sudut bibirku tertarik keatas. Seulas senyum samar membingkai wajahku yang sudah tidak sabar.

About azzuralhi

Ketika Anda tidak percaya tentang keindahan, selama itu pula Anda tidak akan pernah menemukan keindahan.

Posted on 15 Februari 2014, in Fiksi, Journey. Bookmark the permalink. 3 Komentar.

  1. Hahahahha…seru-seru..penyampaian kata2mu ane suka 🙂
    Have Fun bener dach yg udah ke bromo 😀

    Suka

  2. Ngebayangin perjalanan keretanya seru deh. Sudah lama gak ikut kereta dalam perjalanan panjang.

    Suka

  1. Ping-balik: Bromo I’m In Love #4 [On The Way] | A SHORT JOURNEY

Tinggalkan komentar